REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ribuan prajurit Korps Marinir
melepas Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio di
Kesatrian Sutedi Senaputra Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, Senin
(5/1).
Pelepasan Laksamana TNI Marsetio itu didahului dengan apel khusus yang diikuti oleh pejabat teras Korps Marinir dan ribuan prajurit Korps Marinir yang dipimpin oleh Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal (Mar) A. Faridz Washington.
Apel khusus yang dilaksanakan cukup hidmat itu juga dihadiri Wakil KSAL Laksamana Madya Didit Herdiawan, para pejabat teras Mabes TNI AL, para Pangkotama TNI AL dan Ketua Umum Jalasenastri Ny. Peny Marsetio.
Di hadapan ribuan prajurit Korps Marinir, Laksamana Marsetio mengatakan dirinya saat ini teringat peristiwa beberapa tahun silam, tepatnya 14 Maret 2013.
"Pada hari itu merupakan hari yang sangat bersejarah dalam perjalanan pengabdian saya di TNI AL, pada hari itu dengan rasa bangga, saya diangkat menjadi warga kehormatan Korps Marinir," katanya.
Menurut dia, Korps Marinir merupakan sebuah korps yang begitu besar, korps dengan sejarah pengabdian yang panjang dengan penuh warna, hari itu menjadi bersejarah karena menjadi warga kehormatan Korps Marinir adalah dambaan dan impian setiap perwira TNI Angkatan Laut.
"Hari ini, saya berdiri di hadapan ribuan prajurit Korps Marinir untuk terakhir kalinya sebagai pemimpin TNI AL, selaku pemimpin TNI Angkatan Laut yang sekaligus sebagai warga kehormatan Korps Marinir, saya mohon diri dan mohon pamit," katanya.
Secara struktural, katanya, dirinya dan para prajurit Marinir memang harus berpisah, tetapi secara kultural dalam ikatan keluarga Korps Marinir tidak akan pernah terpisah selama hayat masih dikandung badan.
"Saya masih tetap sebagai keluarga besar Korps Marinir walaupun hanya menjadi warga kehormatan, namun saya merasa menjadi prajurit korps Marinir sejati," katanya.
Setelah purna tugas kelak, jika Korps memanggil, Laksamana dengan bintang empat itu siap memakai helm, memanggul ransel, mengangkat senjata bersama-sama dengan prajurit Korps Marinir, mendarat di pantai musuh.
"Kita akan bersama-sama mengobrak-abrik pertahanan musuh yang mengancam kedaultan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai seorang pertarung yang rela mengorbankan jiwa raga demi kejayaan Tanah Air," katanya.
Selanjutnya, orang nomor satu di TNI AL itu mengatakan selama memimpin TNI Angkatan Laut telah menyaksikan betapa membanggakan sepak terjang prajurit Korps Marinir yang senantiasa hadir di setiap palagan, baik di dalam maupun di luar negeri, dengan membawa panji-panji keberhasilan.
sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/01/05/nhpjmt-perpisahan-ksal-ajak-marinir-mengobrakabrik-musuh
Pelepasan Laksamana TNI Marsetio itu didahului dengan apel khusus yang diikuti oleh pejabat teras Korps Marinir dan ribuan prajurit Korps Marinir yang dipimpin oleh Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal (Mar) A. Faridz Washington.
Apel khusus yang dilaksanakan cukup hidmat itu juga dihadiri Wakil KSAL Laksamana Madya Didit Herdiawan, para pejabat teras Mabes TNI AL, para Pangkotama TNI AL dan Ketua Umum Jalasenastri Ny. Peny Marsetio.
Di hadapan ribuan prajurit Korps Marinir, Laksamana Marsetio mengatakan dirinya saat ini teringat peristiwa beberapa tahun silam, tepatnya 14 Maret 2013.
"Pada hari itu merupakan hari yang sangat bersejarah dalam perjalanan pengabdian saya di TNI AL, pada hari itu dengan rasa bangga, saya diangkat menjadi warga kehormatan Korps Marinir," katanya.
Menurut dia, Korps Marinir merupakan sebuah korps yang begitu besar, korps dengan sejarah pengabdian yang panjang dengan penuh warna, hari itu menjadi bersejarah karena menjadi warga kehormatan Korps Marinir adalah dambaan dan impian setiap perwira TNI Angkatan Laut.
"Hari ini, saya berdiri di hadapan ribuan prajurit Korps Marinir untuk terakhir kalinya sebagai pemimpin TNI AL, selaku pemimpin TNI Angkatan Laut yang sekaligus sebagai warga kehormatan Korps Marinir, saya mohon diri dan mohon pamit," katanya.
Secara struktural, katanya, dirinya dan para prajurit Marinir memang harus berpisah, tetapi secara kultural dalam ikatan keluarga Korps Marinir tidak akan pernah terpisah selama hayat masih dikandung badan.
"Saya masih tetap sebagai keluarga besar Korps Marinir walaupun hanya menjadi warga kehormatan, namun saya merasa menjadi prajurit korps Marinir sejati," katanya.
Setelah purna tugas kelak, jika Korps memanggil, Laksamana dengan bintang empat itu siap memakai helm, memanggul ransel, mengangkat senjata bersama-sama dengan prajurit Korps Marinir, mendarat di pantai musuh.
"Kita akan bersama-sama mengobrak-abrik pertahanan musuh yang mengancam kedaultan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagai seorang pertarung yang rela mengorbankan jiwa raga demi kejayaan Tanah Air," katanya.
Selanjutnya, orang nomor satu di TNI AL itu mengatakan selama memimpin TNI Angkatan Laut telah menyaksikan betapa membanggakan sepak terjang prajurit Korps Marinir yang senantiasa hadir di setiap palagan, baik di dalam maupun di luar negeri, dengan membawa panji-panji keberhasilan.
sumber : http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/01/05/nhpjmt-perpisahan-ksal-ajak-marinir-mengobrakabrik-musuh
Comments
Post a Comment